Senin, 17 Juli 2017

Gunung Butak


Gunung Butak Jenis Gunung Stratovolcano.

Gunung Butak merupakan jenis gunung stratovolcano. Stratovolcano sendiri merupakan merukapan pegunungan tinggi mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vilkanik yang telah mengeras. Biasa ciri gunung stratovolkano adalah puncak yang curam dan landai pada kaki gunungnya. Gunung Butak juga belum memiliki catatan sejarah erupsi hingga saat ini, kemungkinan karena gunung itu tidak memiliki kawah seperti gunung Semeru.
Ada empat jalur untuk mencapai puncak Gunung Butak ini, pertama jalur Sirah Kencong, Blitar; kedua Gunung Kawi, Kepanjen; ketiga Desa Gadingkulon, Dau Malang; terakhir Bukit Panderman, Batu Malang. Tetapi yang menjadi jalur favorit bagi para pendaki adalah jalur Bukit Panderman. Sebenarnya jika dilihat dari bentuk geografisnya, jalur pendakian Bukit Panderman adalah jalur yang paling jauh disbanding dengan jalur yang lain. Mungkin para pendaki selain ingin mendaki gunung ini juga ini merasakan indahnya pesona Kota Batu sebagai pengusir rasa capek.
Pendaki hanya dibebani biaya Rp 5.000,- saja untuk biaya masuk dan parker motor saat akan mendaki Gunung Butak ini. Harga yang cukup murah bukan? Jalur awal pendakian Gunung Butak sama dengan jalur pendakian Panderman. Pendaki harus berhati-hati dan teliti melihat tanda-tanda, karena jalur menuju Gunung Butak memiliki banyak cabang.
Untuk menuju pos Pertama jalur masih aman-aman saja. Pendaki masih melewati ladang penduduk yang mayoritas ditumbuhi sayur-sayuran. Perjalanan sekitar tigapuluh menit, akan ada jalan menyabang. Di situlah jalur penuntu bagi para pendaki, jalur kiri adalah jalan untuk pendaki Bukit Panderman, sedangkan yang lain adalah jalur untuk pendaki Gunung Butak. Dibutukan waktu selama kurang lebih satu jam untuk mencapai pos pertama dari pos pemberangkatan, itu pun bergantung dari sering tidaknya dan lama tidaknya kita berhenti.
Perjalanan menuju pos berikutnya tidak terlalu sulit juga, karena medan yang dilewati adalah jalan datar yang berkelok. Hanya sesekali ada tanjakan naik maupun jalan turunan. Diperlukan waktu sekitar satu sampai dua jam untuk sampai di pos kedua ini.
Saat menuju pos ketiga pendaki akan melewati jalur yang menyerupai lorong dengan ranting pohon yang melingkar di atasnya. Sangat membantu pendaki agar tidak kepanasan karena teriknya sinar Matahari. Berikutnya menuju pos keempat, medan perjalan ini merupakan medan yang berat karena jalan menanjak tajam dengan tanah yang mudah hancur. Sebaiknya pendaki menggunakan masker saat melewati jalur ini, agar tanah yang hancur tidak ikut terhirup.
Jalur berikutnya adalah tebing dengan lahan sedikit miring dan hangus. Banyak pohon yang gosong dan abu bertebaran dimana-mana. Kemungkinan beberapa waktu lalu tempat ini terbakar, karena beberapa arang bekas pohon terbakar masih berhawa panas. Telah melawati lahan itu, pendaki akan melewati jalur tanjakan curam dengan tahan padat dan pohon yang sedang-sedang. Selanjutnya melewati jalan setapak dengan tebing yang sedikit curam. Setelah melewati tebing itu pendaki akan disuguhi pada rumput Savana dengan daun keringnya. Di situlah tempat peristirahatan terakhir  dan bermalam sebelum melanjutkan pendakian ke puncak. Di padang Savana ini juga pendaki dapat menemui sumber mata air yang airnya begitu dinging, sejuk dan menyegarkan.
Sumber : www.amazingmalang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunung Penanggungan

Gunung Penanggungan Gunung Penanggungan  (dahulu bernama  Gunung Pawitra ) (1.653  m   dpl ) adalah  gunung berapi kerucut  (istiraha...